Minggu, 26 Februari 2012

METODE KAJIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


OLEH, FAHIROH
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Berbicara sejarah tentu kita akan berbicara masa lalu, dan tidak semua orang dapat merasakaan atau terlibat langsung dalam kejadian-kejadian di masa lalu itu. Saat ini misal, ketika kita sebagai warga negara Indonesia membicarakan perjuangan para pahlawan, yang berjuang melawan penjajah belanda dengan susah payah, bukan karena kita betul-betul berada pada masa penjajah belanda yang terlibat aktif dalam perjuangan atau saksi dari peristiwa-peristiwa pada masa itu. Tapi kita mengetahui itu semua dari literatur-literatur para sejarawan yang mereka catat atau tuliskan berdasarkan penelitian-penelitian yang mereka lakukan.
Banyak orang berpendapat bahwa sejarah adalah tergantung kepada siapa yang mencatat sejarah tersebut. Sebagai contoh kecil misal ketika dua orang anak berkelahi, katakan si-A dan si-B, yang pada akhirnya dilerai oleh gurunya, kemudian kedua anak tersebut dimintai keterangan mengapa mereka sampai berkelahi. Pasti hampir kemungkinan besar cerita atau keterangan yang mereka sampaikan berbeda, karena berbeda sudut pandang dan kepentingan. Oleh karena itu, dalam penelitian atau kajian sejarah harus ada sistematika yang baku, metode-metode yang jelas, yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum atau moril karena jika salah menyimpulkan sejarah, maka kita sudah mencederai para pelaku sejarah.
Menguasai metode-metode dalam mengkaji sejarah Pendidikan Islam menjadi hal penting bagi seorang sejarawan yang mungkin lebih fokus kepada persoalan pendidikan. Dan penting bagi guru dan siswa yang berada pada lingkungan pendidikan Islam. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya, dan jasa para pahlawan.
B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa definisi metode dalam kajian sejarah pendidikan Islam?
b.      Apa metode dalam kajian sejarah pendidikan Islam?
C.    TUJUAN
a.       Pembaca mengerti dan memahami definisi metode dalam kajian sejarah pendidikan Islam
b.      Pembaca mengetahui metode dalam kajian sejarah pendidikan Islam.

 BAB II
METODE KAJIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
A.    Definisi Metode Kajian Sejarah Pendidikan Islam
a.      Definisi metode
Menurut kamus bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yg dikehendaki, atau cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.[1]
Adapun menurut para ahli, metode adalah:
·         Rothwell dan Kazanas à Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
·         Titus à Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
·         Macquarie à Metode adalah suatu cara untuk melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.
·         Wiradi à Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutan logis).
·         Drs. Agus M. Hardjana à Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.[2]
b.      Definisi kajian sejarah pendidikan Islam
Kajian adalah proses mengkaji disertai dengan proses meneliti. Sedangkan sejarah adalah asal-usul (keturunan) silsilah atau kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau berupa riwayat, tambo, cerita pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yg benar-benar terjadi di masa lampau, dalam hal ini adalah soal pendidikan Islam.[3]
B.     Metode Sejarah Pendidikan Islam
            Metode sejarah pendidikan Islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarawan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sumbernya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi itu ke dalam kisah yang penuh makna. Sebagai seorang ahli, sejarawan harus mempunyai suatu kerangka berfikir kritis, baik dalam mengkaji materi, maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya. Selain itu juga membutuhkan keterampilan menangkap dan merasakan secara luas hubungan-hubungan yang serba kompleks. Penguasaan ilmu yang luas akan memudahkan  pemahaman dari berbagai konteks, membandingkan dan merasakan dampak serta mengaitkan data dengan peristiwa-peristiwanya. Sehubungan dengan ini H. Munawar Cholil mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperlukan sebagai alat menyusub sejarah itu banyak, tetapi yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah ilmu bumi (Takhtitul ard), ilmu isi bumi (Tabaaqatul ard), dan ilmu negara (tTaqwimul buldan).[4]
Metode sejarah pendidikan Islam dapat pula dikategorikan kepada:
1.      Tekhnik Pengumpulan Data
a)      Dokumentasi
Tekhnik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau peristiwa yang berupa catatan, transkip, buku, notulen arsip dan sebagainya.
Dokumen-dokumen tersebut dapat pula digunakan sebagai data bukti pendukung. Dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam studi dokumentasi dan studi kepustakaan peneliti akan melihat terlebih dahulu sumber-sumber primer, jika tidak ditemui baru berangkat pada sumber sekunder. Dalam studi perpustakaan peneliti memanfaatkan petunjuk-petunjuk katalog yang tersedia di perpustakaan peneliti memanfaatkan petunjuk-petunjuk katalog yang tersedia di perpustakaan dan system kendali referensi atau bentuk-bentuk lain yang tersedia di perpustakaan, sehingga mencari sumber-sumber yang diinginkan tidak terlalu sulit. Kemudian mencatat data, sumber atau bukti-bukti yang relevan dengan topik permasalahan dan terakhir, mengcopy data atau sumber-sumber yang penting, baik sebagian ataupun keseluruhan sesuai dengan kebutuhan.
b)      Wawancara
Wawancara, yaitu cara pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. S. Nasaution mengemukakan tiga pendekatan dalam wawancara, yaitu: (a) percakapan informal, yang mengandung unsur-unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola/ arah yang ditentukan sebelumnya, (b) menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, dan (c) menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci, namun bersifat terbuka yang dipersiapkan terlebih dahulu dan akan diajukan menurut rumusan yang tercantum.
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari tokoh/ pelaku sejarah, atau orang yang mengetahui secara mendalam tentang perilaku sejarah/ tokoh.[5]
2.      Tekhnik Analisis Data
a.       Content Analysis
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan teknik analisis isi (content analysis). Teknik ini dikenal juga dengan istilah literature study yang lazim dilakukan dalam penelitian kepustakaan. Content analysis adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Senada dengan itu, Burgan Bungin menyatakan bahwa content analysis adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat ditiru (repliable) dan data yang shahih dengan memperhatikan konteksnya yang bertujuan memperoleh pemahaman secara lebih tajam dan mendalam tentang permasalahan yang diteliti.
Analisis ini mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah yang bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan paduan praktis pelaksanaannya. Rachmah ida membagi analisis isi menjadi dua model yaitu analisis isi kuantitatif dan analisis isi kualitatif. Dan untuk data sejarah dipergunakan analisis kualitatif.
b.      Hermeneutik Analysis
Secara sederhana hermeneutik dipahami sebagai cara untuk menafsirkan teks masa silam dan menerangkan perbuatan pelaku sejarah. Ricard E. palmer mengajukan dua pengertian hermeneutik yaitu pertama, hermeneutik sebagai suatu prinsip-prinsip metodologi penafsiran yang bersifat umum, dan kedua, hermeneutik sebagai pencarian filosofis tentang karakter dan kondisi yang dibutuhkan untuk semua aktifitas pemahaman (understanding).
Sementara itu, Komarudin hidayat mendefinisikan hermeneutik sebagai seni menafsirkan atau memahami “realitas lain yang absen” (tidak hadir di depan kita) baik karena telah berlalu dalam waktu maupun jarak tempat yang jauh, yang realitas itu hadir pada kita diwakili oleh teks.[6]
Sejalan dengan itu, Carl Breaten, mendefinisikan hermeneutik sebagai ilmu pengetahuan yang memikirkan tentang bagaimana menjadikan teks atau peristiwa (budaya) yang terjadi pada masa lalu dapat dipahami pada masa sekarang sebagaimana makna asal pada masanya.
Dalam penelitian ini pendekatan hermeneutik sangat berguna untuk mengeksplorasi, menafsirkan dan menganalisis peristiwa maupun para tokoh/ pelaku sejarah yang tertuang dalam bentuk teks (buku).
3.      Metode Penulisan Sejarah
Dalam penulisan sejarah pendidikan Islam metode yang biasa digunakan adalah:
1)      Metode Deskriptif
Dengan metode ini ditunjukkan untuk menggambarkan apa adanya tentang Sejarah Pendidikan Islam, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad Saw dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadits terutama yang berhubungan  dengan pertumbuhan dan perkembangannya melalui pendidikan harus dijelaskan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam sejarah tersebut.
2)      Metode Komparatif
Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga Islam lainnya. Melalui metode ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu yang menghubungkan Sejarah Pendidikan Islam dengan sejarah pendidikan yang dibandingkan.[7]
3)      Metode Analisis Sinsesis
Metode ini digunakan memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.[8]
 
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
§  Metode adalah cara teratur yg digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yg dikehendaki, atau cara kerja yg bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan.
§  Kajian adalah proses mengkaji disertai dengan proses meneliti.
§  Sedangkan sejarah adalah asal-usul (keturunan) silsilah atau kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau berupa riwayat, tambo, cerita pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yg benar-benar terjadi di masa lampau, dalam hal ini adalah soal pendidikan Islam.
§  Tekhnik pengumpulan data;
1)      Dokumentasi à Mencari data mengenai hal-hal atau peristiwa yang berupa catatan, transkip, buku, notulen arsip, dan sebagainya.
2)      Wawancara à Pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. S. Nasaution mengemukakan tiga pendekatan dalam wawancara, yaitu: (a) percakapan informal, yang mengandung unsur-unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola/ arah yang ditentukan sebelumnya, (b) menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, dan (c) menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci, namun bersifat terbuka yang dipersiapkan terlebih dahulu dan akan diajukan menurut rumusan yang tercantum.
§  Tekhnik Analisis Data
1)      Content Analysis à analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Burgan Bungin menyatakan bahwa content analysis adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (kesimpulan) yang dapat ditiru (repliable) dan data yang shahih dengan memperhatikan konteksnya yang bertujuan memperoleh pemahaman secara lebih tajam dan mendalam tentang permasalahan yang diteliti.
2)      Hermeneutik Analysis à membandingkan sebuah perkembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga Islam lainnya. Ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan yang menghubungkan Sejarah Pendidikan Islam dengan sejarah pendidikan yang dibandingkan.
§  Metode Penulisan Sejarah
1)      Metode Deskriptif à Menggambarkan apa adanya tentang Sejarah Pendidikan Islam.
2)      Metode Komparatif àMembandingkan sebuah perkembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga Islam lainnya.
3)      Metode Analisis Sinsesis à Memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Pada saat bersamaan dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan islam.










[1] Kamus Bahasa Indonesia Online, http://kamusbahasaindonesia.org/massal.php, [14 Februari 2012]
[2] Indah,F., Pengertian dan Definisi Metode Menurut Para Ahli , http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html [17 Februari 2012]
[3] Kamus Bahasa Indonesia Online, Op.Cit.
[4] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. Ke-3, h.3
[5] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), Cet. Ke-1, h.4
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Enung K Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar