Minggu, 25 Maret 2012

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


 
OLEH, FAHIROH

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Allah Swt yang diberikan kelebihan berupa Akal untuk berfikir dan mengingat apa-apa yang ia pelajari, alami, dan lakukan. Menurut Nurcholis madjid, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mengagumkan dan penuh misteri. Dia tersusun dari perpaduan dua unsur; yaitu segenggam tanah bumi, dan ruh Allah. Maka siapa yang hanya mengenal aspek tanahnya dan melalaikan aspek tiupan ruh Allah, maka dia tidak akan mengenal lebih jauh hakikat manusia.[1]  Al-Qur’an sendiri juga menyatakan bahwa manusia memang merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah Swt.  
 Artinya: “Sesungguhnya Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” [At-Tin: 4]

Juga ada banyak sekali kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk-makhluknya yang lain.
 Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhlluk yang Kami ciptakan.” [Al-Isra: 70]

Oleh karena itu, manusia perlu menyadari eksistensi dan tujuan penciptaan dirinya, memahami risalah hidupnya selaku pengemban amanah Allah, mell\alui arahan dan bimbingan yang berkesinambungan agar kehidupannya menjadi lebih berarti.
           
B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa sebetulnya tujuan diciptakannya manusia?
b.      Apa dasar ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia?
c.       Apa hikmah yang bisa dipetik setelah mengetahui tujuan diciptakannya manusia?
C.    TUJUAN
a.       Pembaca mengerti apa sebetulnya tujuan diciptakannya manusia.
b.      Pembaca mengetahui dasar ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tujuan diciptakannya manusia.
c.       Pembaca mengetahui hikmah yang bisa dipetik setelah mengetahui tujuan diciptakannya manusia.

  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tujuan Penciptaan Manusia
§  Manusia diciptakan Allah bukan secara main-main,
 Artinya:“Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [Al-Mu’minun: 115]
§  Untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan;
 Artinya:     “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu, dan mereka khawatir tidak dapat melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh.” [Al-Ahzab; 72]
§  Untuk Mengabdi atau Beribadah
 Artinya :    Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu”. [Adz-Dzariyat: 56]
            Ayat ini mengindikasikan tentang tujuan penciptaan manusia sebagai hamba Allah. Indikasi ini dapat dipahami dari klausa kata “Li ya’budun”  yang berarti agar mereka mengabdi kepada-Ku.[2]Maksudnya Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada Allah, bukan karena Allah membutuhkan manusia. Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: Atinya, melainkan supaya mereka mau tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara sukarela maupun terpaksa”. Dan itu pula yang menjadi pilihan Ibnu Jarir. Sedangkan Ibnu Juraij menyebutkan: “Yakni supaya mereka mengenal-Ku.[3]
Seorang hamba perlu taat dan patuh kepada semua arahan tuannya, lebih-lebih lagi jika diberi dan dikurniakan dengan segala macam bantuan, kemudahan dan keamanan oleh tuannya. Oleh itu, kita mesti melakukan segala arahan dengan penuh pengertian bahwa kita menyerahkan segala-galanya kepada tuan kita.
Kata kunci ‘penyerahan’ ini yang menjadi intipati kepada Islam yaitu penyerahan secara keseluruhan terhadap Allah SWT. Mereka yang dipandang oleh Allah dengan pangkat ‘Hamba’ ini pasti beroleh keuntungan di dunia dan di akhirat.
Tanggungjawab sebagai abdi merupakan suatu tanggungjawab individu atau fardhu ain. Ia meliputi kepada kemestian untuk memahami lapangan akidah dan tauhid, syariat dan akhlak.[4]
§  Untuk menjadi Khalifah
Dari segi bahasa, khalifah bermaksud pengganti. Ia menjelaskan bahawa Allah mengamanahkan manusia sebagai ‘pengganti’ untuk mentadbir bumi dengan merujuk kepada manual dan panduan daripadaNya. Mengingat kejadian yang diabadikan dalam Al-Qur’an, ketika Allah Swt berdialog dengan malaikat soal rencana menciptakan khalifah di bumi.

Artinya:“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” [Al-Baqarah: 30]
Dan Allah menjadikan kita (manusia) di muka bumi, yang dibedakan derajat satu dengan yang lain, untuk menguji manusia.
Artinya:“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di bumi, dan Dia mengangkat derajat sebagian kamu diatas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat member hukuman, dan sungguh, Dia Maha pengampun, Maha penyayang .” [Al-An-‘Am: 165]
Amanah ini sangat besar dan berat. Perkara ini merupakan suatu tanggungjawab sosial atau fardhu kifayah yang perlu dilaksanakan bagi menjamin kehidupan yang harmoni, aman dan adil. Ia meliputi segala aspek kehidupan seperti cabang seperti memberi peluang pendidikan, memastikan bidang pertanian dan penghasilan bahan makan yang halal lagi baik, menyediakan kemudahan kesehatan serta tempat kediaman yang baik. “Setiap dari kamu merupakan pemimpin dan setiap dari kamu akan ditanya mengenai apa yang kamu pimpin.” (hadis riwayat Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829).
§  Untuk menjadi da’i
 Artinya:     “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentu itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang fasik.” [Ali Imran: 110]

B.     Hikmah Dari Mengetahui Tujuan Penciptaan Manusia
§  Agar kita dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan penciptaan kita (manusia), karena Allah selalu memberi perhatian dan pengawasan terhadap seluruh ciptaan-Nya, terlebih kepada manusia dan jin.[5]
 Artinya:“Kami akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai golongan manusia dan jin!.” [Ar-Rahman: 31]
§  Agar kita selalu ingat bahwa kita diciptakan bukan tanpa maksud dan tujuan, dan Allah akan meminta pertanggung jawaban terhadap kita atas apa yang kita lakukan.
Artinya:“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban).” [Al-Qiyamah: 36]

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan;
a.       Tujuan Penciptaan Manusia
·         Manusia diciptakan Allah bukan secara main-main, ). Lihat Qur’an Surat [Al-Mu’minun: 115]
·         Untuk mengemban amanah atau tugas keagamaan. Lihat Qur’an Surat [Al-Ahzab; 72]
·         Untuk Mengabdi atau Beribadah. Lihat Qur’an Surat [Adz-Dzariyat: 56]
·         Untuk menjadi Khalifah. Lihat Qur’an Surat [Al-Baqarah: 30], dan [Al-An-‘Am: 165]
·         Untuk menjadi da’i. Lihat Qur’an Surat [Ali Imran: 110]
b.      Hikmah Dari Mengetahui Tujuan Penciptaan Manusia
·         Agar kita dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tujuan penciptaan kita (manusia). Lihat Qur’an Surat [Ar-Rahman: 31].
·         Agar kita selalu ingat bahwa kita diciptakan bukan tanpa maksud dan tujuan, dan Allah akan meminta pertanggung jawaban terhadap kita atas apa yang kita lakukan. Lihat Qur’an Surat [Al-Qiyamah: 36].

B.     SARAN
Kita sebagai manusia memang memiliki keterbatasan, tapi keterbatasan jangan sampai melalaikan tanggung jawab kita sebagai Abdillah, khalifah, dan da’I, melaksanakan amanah yang Allah embankan sesuai dengan kadar kemampuan kita, karena Allah Maha Mengetahui kadar kemampuan kita. Wallahu alam.



[1] Nurcholish Madjid,  Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2000, hal, 430

[2] M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 13, Jakarta: Lentera hati, 2002, hal.357.
[3] DR. Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan 2. Jakarta: Pustaka Imam Syafei, 2009, hal. 156
[4] Muhamad Azmi, Tujuan Penciptaan Manusia, http://wmazmi.wordpress.com/2008/05/26/tujuan-penciptaan-manusia/ [29 Februari 2012]
[5] Wahyudin Achmad M.Ilyas, M. Syaifullah Z. Muhibbin, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2009, Hal. 46

2 komentar:

  1. Apakah berarti manusia tidak diijinkan allah untuk mengkoloni planet lain selain bumi ?

    BalasHapus