Sabtu, 24 Maret 2012

DASAR METODE PEMBELAJARAN


OLEH, FAHIROH
A.    PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
            Metode secara harfiah berarti “cara”. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendapat lain juga dijelaskan bahwa metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran (Fathurrohman dan Sutikno, 2007; 55).
Berdasarkan pandangan di atas dapat dipahami bahwa metode mengajar merupakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode itu sendiri merupakan salah satu sub system dalam sistem pembelajaran, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Oleh karena itu, salah satu masalah yang sangat memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran adalah metode pembelajaran (learning method). Pada awalnya metode kurang mendapatkan perhatian, karena orang berpandangan bahwa pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya praktis. Jadi tidak diperlukan pengetahuan (teori) yang ada sangkut pautnya dengan pembelajaran. Orang merasa sudah mampu mengajar dan menjadi pendidik atau fasilitator jika sudah menguasai materi yang akan disampaikan. Pandangan ini tidaklah benar. Fasilitator perlu pula mempelajari pengetahuan yang ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, khususnya metode pembelajaran, yang berguna untuk “bagaimana memproses” terjadinya interaksi belajar. Jadi metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas di mana guru dan peserta didik terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.[1]
Metode memiliki peran yang sangat strategis dalam mengajar. Metode berperan sebagai rambu-rambu atau “bagaimana memproses” pembelajaran sehingga dapat berjalan baik dan sistematis. Bahkan dapat dikatakan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa suatu metode. Karena itu, setiap guru dituntut menguasai berbagai metode dalam rangka memproses pembelajaran efektif, efesien, menyenangkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Secara implementatif metode pembelajaran dilaksanakan sebagai teknik, yaitu pelaksanakan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan.
B.     DASAR METODE PEMBELAJARAN
Sebelum lebih jauh berbicara soal dasar metode pembelajaran, atau metode pembelajaran yang paling dasar, kita harus melihat terlebih dahulu potensi dasar yang dimiliki manusia selaku objek pendidikan. Manusia memiliki potensi dasar berupa Indera. Ketika anak manusia lahir, indera yang pertama kali berfungsi adalah indera pendengaran. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
Artinya:           “Dan, Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati.” (QS. An-Nahl; 78)
Dalam ayat tersebut, Allah menyebut pendengaran sebagai urutan pertama sebelum penglihatan kemudian hati, adalah sebagai gambaran bahwa Allah memfungsikan telinga terlebih dahulu, baru kemudian mata dan hati. Oleh karenanya, tatkala seorang anak lahir, Islam mengarahkan pentingnya mengadzankan pada telinga anak yang baru lahir. Hal tersebut mengandung hikmah untuk mengetuk pendengaran bayi –sebagai indera yang pertama kali berfungsi—dengan takbir, dua kalimat syahadat, dan dengan pernyataan yang meng-Esakan Allah ta’ala.[2]
Bersumber dari indera manusia secara dasar, dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw, metode pembelajaran dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
a.      Metode Menghafal Melalui Pendengaran
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa indera pendengaran adalah indera yang pertamakali Allah fungsikan, maka metode pembelajaran yang bijak adalah memfungsikan terlebih dahulu indera pendengaran. Pendengaran anak harus terus dilatih sedemikian rupa sehingga akan merangsang daya ingatnya terhadap apa yang ia dengar. Menghafal pada tahap ini adalah yang berasal dari pendengarannya, bukan dari penglihatannya yang biasanya hasil baca dan pengamatan anak.
Secara nyata saat ini kita sering menemukan banyak anak yang bisa hafal banyak hal padahal ia belum dapat membaca, semisal banyak anak yang hafal syair lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian yang sering ia dengar. Jika diarahkan kepada hal yang positif, seperti menghafal Al-Qur’an dengan secara rutin diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an, meskipun belum mengenal huruf hijaiyah, anak akan dengan mudah cepat menghafal ayat-ayat yang sering ia dengarkan itu.
b.      Metode Qudwah/ Memberikan Contoh Ketauladanan
Masih dalam Qur’an surat An-Nahl ayat 78, setelah pendengaran, Allah menyebutkan penglihatan sebagai indera yang Allah fungsikan. Artinya setelah menghafal dari apa yang ia dengar, ia akan belajar dari apa yang ia lihat. Oleh karenanya, orang tua atau guru harus memberikan contoh atau ketauladanan kepada anak, karena anak akan mulai merekam dan meniru apa yang ia lihat.
c.       Metode Praktis Empiris
Metode yang mengedepankan praktek atau latihan langsung berdasarkan pengalaman anak terhadap apa yang melekat padanya, terutama indera dan organ tubuh lainnya. Mendidik dan mengasah ketajaman indera anak dapat membuahkan pengetahuan dan pengalaman. Seiring dengan pertumbuhannya, anak mulai menggunakan misalnya kedua tangannya untuk bekerja yang itupun berpengaruh terhadap kecerdasan akalnya. Secara perlahan, anak-anak akan terlatih dan terbiasa dengan organ-organ tubuhnnya.[3]
Rasulullah Saw melatih anak secara langsung bagaimana menggunakan tangannya agar bekerja dengan terampil dan benar. Seperti dalam peristiwa yang pernah terjadi, ketika Rasulullah Saw sedang lewat dan melihat seorang anak sedang menguliti kambing dengan cara yang salah, Beliau langsung mendatanginya dan menunjukkan cara menguliti kambing yang benar.[4]
d.      Membangkitkan Potensi Fitrah
Setiap anak dilahirkan suci, Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (QS Ar Rum [30]:30)[5]
Potensi fitrah anak yang suci dan cenderung mencintai kebenaran, harus senantiasa terpelihara hatinya agar tidak menjadi kotor dan rusak. Sebagaimana diterangkan pada An-Nisa ayat 78, bahwa potensi indera manusia setelah pendengaran dan penglihatan adalah hati. Hati adalah pemegang kendali terhadap apa yang ada pada manusia. Jika hatinya baik maka baiklah seluruhnya, jika hatinya rusak, maka seluruhnyapun akan rusak.
Oleh karena itu, orang tua maupun guru harus senantiasa membangkitkan potensi fitrah seorang anak dengan memberikannya rangsangan-rangsangan, yang dapat membuat hati lebih peka dan bersih.
C.    KESIMPULAN
Dasar metode pembelajaran adalah dengan memperhatikan, merangsang dan memfungsikan indera dengan baik. Pada awalnya manusia yang lahir kedunia tidak memiliki apapun, sehingga Allah memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati. Pemberian Allah ini bukan tanpa maksud, pemberian Allah ini sebagai alat yang apabila dilatih dengan baik, dapat memberikan hasil yang maksimal pada manusia. Oleh karenanya, proses pembelajaran lebih bijak apabila metode yang dipergunakan merujuk kepada memaksimalkan indera-indera yang telah Allah beri. Hal itupun yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Wallahu’Alam.

[1] Huzaifah Hamid, Konsep Dasar Metode dan Teknik Pembelajaran, http://zaifbio.wordpress.com/2009/07/01/konsep-dasar-metode-dan-teknik-pembelajaran/ [9 Maret 2012]
[2] Syakir Abdul Adzim, Membimbing Anak Terampil Berbahasa, Jakarta: Gema Insani, 2006, Cet. 3, hal. 10-11
[3] Ir. Muhammad Ibnu Abdul Hafidz Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak, Jakarta: Al-I’Tishom, 2010, Cet. 4, hal. 90
[4] Ibid.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar